Quick Review & Kumpulan Quote Critical Eleven - Ika Natassa




Judul buku : Critical Eleven  
Penulis & desain sampul : Ika Natassa 
Editor : Rosi L. Simamora 
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama 
Terbit : September 2015 (cetakan ketiga) 
ISBN : 978-602-03-1892-9 
Tebal : 344 hlm; 20 cm 



Wah telat banget sih Intan baca novel kece ini? Iya nih soalnya baru download i-Jak lagi. Scrolling up and down, terus ngelihat status Critical Eleven lagi available. Yey. Dan ternyata ku suka banget. Sampe masuk ke hati dan nangis berkali-kali. Waduh. Haha. 

Untung pas baca ini emang posisinya lagi gak puasa. Suka banget sama kisahnya Anya dan Ale. Kisah cintanya so so sweet tapi cobaannya juga bikin sesak nafas. Terlebih, karena temanya juga berpusat mengenai pesawat dan travelling, ini juga ngena banget. Karena ... aku berencana mulai rajin travelling mulai akhir Agustus nanti. Untuk apa ya? Lebih ke find my self kali ya. Sebelum .... sebelum jadi bini orang *yang sebenernya juga belum tau kapan sih. Haha 


Btw, ada banyak judul film yang aku temukan di novel ke sekian karya Ika Natassa, tergoda pengen nonton semuanya. Karena sepanjang menyelami sudut pandang Anya dan Ale, aku banyak terpukaunya. Cara pikir mereka keren. Jadi aku punya ekspektasi, film-film yang disukai Anya, juga film yang masuk selera aku. Sebut saja ada Four Weddings and a funeral, The Notebook, Breakfast at Tiffany’s, Road to Perdition, Singin’ in the Rain, No Strings Attached, Letters to Juliet dan Life As We Know It. 

Aku juga nemu so much kutipan-kutipan kece yang bikin senyam senyum baper. Ini belum termasuk quote tentang travelling yang ada di lembar akhir. Dan semua quotenya kok cakep sih? Bikin gak sabar nungguin Agustus buat angkat koper. Hihii. 

Ini dia quote-quotenya. Apik deh dijadiin caption IG. *soalnya aku termasuk yang gampang bingung kalo mau ngupload foto. 

Airport is the least aimless place in the world. Everything about the airport is destination. (Anya. Critical Eleven) 

Berani menjalin hubungan berarti berani menyerahkan sebagian kendali atas perasaan kita kepada orang lain. Menerima fakta bahwa sebagian dari rasa kita ditentukan oleh orang yang menjadi pasangan kita. That you’re only as happy as the least happy person in a relationship. (Anya. Critical Eleven) 

Travel is a remarkable thing, right? Di pesawat, di bus, di kereta api, berjalan kaki, it somehow brings you to a whole other dimension more than just the physical destination. It’s the simple chance of reinventing ourselves at new places where we are nobody but a stranger. (Anya. Critical Eleven) 

Di tempat yang paling seru sekalipun, kita pasti punya batas kebetahan di situ. We need an escape plan, penting punya pilihan untuk pergi kapan pun kita mau. (Ale. Critical Eleven) 

Toko buku itu bukti nyata bahwa keragaman selera bisa kumpul di bawah satu atap tanpa harus saling mencela. Yang suka fiksi, komik, politik, masak-memasak, biografi, traveling, semua bisa ngumpul di satu toko buku and find their own thing there. Bookstores are the least discriminative place in the world. (Anya. Critical Eleven) 

Ekspektasi bisa membunuh semua kesenangan. It’s even said that expectation is the root of all disappointments. Kadang hidup lebih menyenangkan saat kita tidak punya ekspektasi apa-apa. Whatever happens is neither good or bad. It just happens. (Anya. Critical Eleven) 

But life is a series of coincidences anyway, right? Dan nggak semua kebetulan itu harus punya makna. (Anya. Critical Eleven) 

Expectation is a cruel bastard, isn’t it? Membuai dengan yang manis-manis, kemudian tiba-tiba menjejali dengan segenggam pil pahit. It takes away the joy of the present by making us wondering about what will happen next. (Anya. Critical Eleven) 

We react to every single thing in our life because of our memory. Every single thing. (Anya. Critical Eleven) 

Hidup ini jangan dibiasakan menikmati yang instan-instan, jangan mau gampangnya saja. Hal-hal terbaik dalam hidup seringnya harus melalui usaha yang lama dan menguji kesabaran dulu. (Bapaknya Ale. Critical Eleven) 

Manusia mencoba menghadapi kehilangan dengan cara berbeda-beda. Penulis mungkin menuangkannya jadi tulisan yang bisa menyentuh ratusan ribu pembaca. Ada yang dengan menenggelamkan diri ke kesibukan pekerjaan, putting long hours at work, memeras pikiran dan tenaga semaksimal mungkin supaya ketika sampai di rumah sudah terlalu capek untuk apa pun termasuk mengingat-ingat kepedihan. Ada yang dengan travelling, mendatangi lusinan tempat baru, making new memories to erase all these painful past memories. (Anya. Critical Eleven)

The best thing for being sad is to learn something. That is the only thing that never fails. You may grow old and trembling in your anatomies, you may lie awake at night listening to the disorder in your veins, you may miss your only love, you may see the world about you devastated by evil lunatics, or know your honour trampled in the sewer of baser minds. There is only one thing for it then – to learn. Learn why the world wags and what wags it. (The Once and Future King) In life, there are no heroes and villians, only various states of compromise. (Anya. Critical Eleven) 

Marriage is a little bit like gambling, isn’t it? Bahkan lebih beresiko daripada berjudi. Waktu kita duduk di depan meja poker atau blackjack atau dice, kita bisa memilih ingin mempertaruhkan seberpa banyak. Sedikit, sepertiga, setengah, atau semua, kemenangan yang bisa kita peroleh atau kekalahan yang harus kita tanggung semua tergantung dari seberapa besar resiko yang berani kita ambil. Tapi pernikahan tidak begitu. Saat kita duduk di depan meja penghulu dan melaksanakan ijab kabul, semua kita ‘pertaruhkan’. Cinta, hati, tubuh, pemikiran, keluarga, idealisme, masa depan, karier, setiap sel keberadaan kita sebagai manusia. Tidak bisa setengah-setengah. (Anya. Critical Eleven) 

In marriage, when we win, we win big. But when we lost, we lost more than than everything. We lost ourselves, and there’s nothing sadder than that. (Anya. Critical Eleven) 

To women, how you deliver the message is sometimes more important than the message itself. (Harris. Critical Eleven)

Namun jika sudah takdir, nggak akan ada yang bisa menghentikan seluruh semesta ini berkonspirasi untuk membuat yang harusnya terjadi itu terjadi. (Anya. Critical Eleven) 

Orang yang membuat kita paling terluka biasanya adalah orang yang memegang kunci kesembuhan kita. (Tara. Critical Eleven) 

Love does not consist of gazing at each other, but in looking outward together in the same direction. (Airman’s Odyssey) 


Paling suka quote yang mana nih, Ketimpukers? :)

1 komentar