Pentingnya Menulis untuk Kebaikan Bersama (Rangkuman Materi Kelas Blogging ke-9 di Rumah Tahfidz Bakti Ilahi)




Assalamualaikum teman-teman. Kalau di blog sebelah aku sudah menceritakan tentang keseruan kelas blogging ke-9 di Rumah Tahfidz Bakti Ilahi, kali ini aku mau berbagi poin-poin penting yang aku dapatkan di kelas blogging kemarin. Kebetulan tema yang diangkat kece punya, yaitu mengenai ‘Pentingnya Menulis untuk Kebaikan Bersama’.


Intan menulis untuk apa selama ini?


-         Mengabadikan momen menyenangkan, untuk bahan kekuatan di kemudian hari.

-         Menyalurkan hobi, karena doyan curhat tapi tidak semua orang mau (dan mampu) mendengarkan curhatan receh, jadi lebih okay curhat di blog sendiri. Bebas. Mau sepanjang rel kereta api juga tidak ada yang melarang.

-         Untuk ngodein seseorang. Karena untuk berani kode-kode di dunia nyata tidak cukup dengan nyali seuprit yang Dek Ntan miliki. *berlindung di balik tulisan & caption-caption modus di Instagram. Wk!

-         Sesekali menjaring tambahan uang jajan untuk beli-beli barang idaman tanpa harus mengusik ‘cupak nasi’ dari gawean utama as radio announcer.

Dengan tujuan sebanyak itu, aku mampu menulis secara berkelanjutan selama kurang lebih 5 tahunan ini. Tentu dengan ups & downsnya. Manusiawi. Tapi gaes, setelah mengikuti kelas blogging ke-9 kemarin, aku sadar bahwa tujuan menulisku harus ditambahkan satu lagi & harus diletakkan di posisi paling atas. Apa itu? Yaitu menulis untuk kebaikan bersama alias untuk ibadah. Jadi sekali pun tulisan yang dihasilkan hanyalah hasil ungkapan kegloomyan hati, tetap nyempil unsur kebaikannya di sana. Sekalipun hanya mengabadikan momen manis, pembaca bisa menemukan kebaikan di sana. Insya Allah. Memercikkan kebaikan (meskipun sedikit) di setiap tulisan.



“Setiap orang memiliki kemampuan berbeda-beda, menerima dakwah pun juga berbeda-beda.” - Ustadz Hilman Nugraha (founder RTBI Bengkulu)

Apa yang kemudian terjadi kalau ilmu-ilmu tentang kebaikan hanya bisa didapatkan dengan mendatangi pengajian? Tentu akan banyak pihak yang tidak berkesempatan diperciki dengan ilmu-ilmu tersebut. Entah dengan alasan tak punya waktu, entah dengan alasan tidak mau dicap sok alim (padahal daripada sok zalim lebih oke sok alim ya kan?), atau bisa jadi tidak nyaman datang ke pengajian karena suka merasa beda sendiri secara penampilan. Hehe. Yang masih pake jeans kemana-mana cunggg, I can feel you. Itulah kenapa dakwah seharusnya dilakukan di mana-mana, dengan media apa saja, agar lebih bisa menyasar target yang lebih luas. Karena semua orang punya kans besar untuk jadi lebih baik ketika menyerap ilmu-ilmu tentang kebaikan.





Kenapa dakwah melalui tulisan, katakanlah di zaman sekarang ini melalui media blog maupun media sosial dianggap punya banyak kelebihan?

Karena ..

-         Pesan dakwah yang disampaikan dapat dipindah-tangankan

-         Dapat digandakan (seperti yang tengah aku lakukan sekarang. Aku memperoleh materi dari Ust. Hilman & sekarang aku tengah menggandakan pesan untuk kalian baca my dear Ketimpukers).

-         Dapat dipertahankan dalam waktu yang lama (selagi blogspot baik-baik saja, selagi koneksi internet masih bisa dinikmati di mana saja, maka tulisan ini akan abadi).


“Kalau kamu bukan anak raja dan engkau bukan anak ulama besar, maka jadilah penulis.” – Imam Al-Ghazali (ulama termahsyur)  

Dengan menulis, banyak hal yang bisa kita lakukan & dapatkan. Menulis membuat kita mampu mengikat ilmu, menyampaikan ilmu, menyeru ada kebaikan & mencegah pada kemungkaran. Dan poin yang paling penting adalah menulis adalah ibadah. Dan seperti ibadah-ibadah lainnya, tentu ada ketentuan agar ibadah yang kita lakukan diterima.

-         Ilmu

-         Ikhlas

-         Penuhi syarat, rukun & adab ibadah

-         Tidak ada yang membatalkan dan yang dibenci Allah

-         Halal dari sesuatu yang berhubungan dengannya

Di tengah gempuran informasi yang berlangsung saat ini, tugas blogger semakin kompleks saja. Bukan hanya harus mampu meracik tulisan yang enak dibaca, namun harus mampu ikut andil menghempas hoax & informasi-informasi yang errrr .. kadang tidak layak baca. Menulis sendirian mungkin terasa susah, tapi lakukan saja sesuai kemampuan.


Kata Ust. Hilman ingatlah pada kisah burung pada masa Nabi Ibrahim, ketika Nabi Ibrahim dibakar, ia turut membantu memadamkan kobaran api dengan sedikit air di paruhnya. Ya meski tidak berpengaruh, tapi setidaknya Tuhan tau ia berpihak pada siapa. Nah, dengan tulisan-tulisan yang kamu bagikan di dunia maya, di ranah digital, kamu tengah memihak ke pihak mana?

Selamat menulis hal-hal baik! :)




Tulisan ini dibuat dalam rangka menjawab tantangan #nulisserempak dari #BloggerBengkulu tentang Kelas Blogger ke-9 di Rumah Tahfidz Bakti Ilahi



6 komentar

  1. Mga tulisan kta mkin bnyak mmfaatny untuk kebaikan brsma y mbx.

    BalasHapus
  2. Jleb......baikin niat lagi..semoga tulisan yg kita ukir haji jejak positif

    BalasHapus
  3. Semoga bobe makin semangat menulis untuk kebaikan

    BalasHapus
  4. Menulislah hal yang baik maka kau akan dikenal dan tahu tentang kebaikan itu sendiri yang akan mmebuaymuenjadi baik

    BalasHapus
  5. penting banget seorang blogger menulis hal positif di dunia maya

    BalasHapus