REVIEW PERTEMUAN JINGGA – ARUMI E.



Keterangan Buku
Judul                    : Pertemuan Jingga
Penulis                 : Arumi E.
Penerbit               : Gramedia Pustaka Utama
Editor                   : Donna Widjajanto
Tata Letak Isi       : Fajarianto
Foto Sampul         : Shutterstock
Desain Sampul     : Suprianto
Tahun Terbit         : 2014
Jumlah Halaman  : 250 halaman




Anthea Padmarini yang kerap disapa Thea adalah arsitek junior yang belum genap setahun bekerja di perusahaan konsultan desain arsitektur milik pak Mahendra, Mediotec. Kebanggannya lenyap, saat ia dipindahtugaskan ke pertanian cabai di Megamendung, bukan berprofesi sebagai arsitek, melainkan pengawas lahan pertanian. 

Dilema dong. Manalah jauh dari orangtua. Harus beradaptasi dengan keadaan yang mendadak berubah banget, dari suasana Jakarta yang penuh hiruk pikuk ke sunyi sepinya Megamendung. Tapi yang paling krusial adalah kerjaan di lokasi baru sama sekali BUKAN PASSIONnya. Bahaya deh kalo udah ngomongin passion, i can feel her. Jangankan alih profesi, pindah segmen siaran aja rasanya mau kek mau lempar microphone *loh malah curhat :p 

Yah, akhirnya dengan terpaksa Thea harus mengiyakan tawaran alih profesi tersebut. Mengingat pengalamannya yang minim belum cukup dijadikan bekal melamar pekerjaan sebagai arsitek di konsultan desain lain. Nasib nasib! *ajak tos si Thea*

“Andai dihadapkan pada buah simalakama, manakah yang akan kau pilih?” (hlm 8)

Beruntung, Thea nggak sendiri. Ada Niken, yang juga rekan kerjanya di Mediotec, turut hijrah ke Megamendung. Ditambah juga dengan beberapa pekerja lain seperti Yayah dan pekerja laki-laki yang berjaga di mess bawah. Bonusnya, ada yang segar di Megamendung. Bastian Kawindra, sang insinyur pertanian tampan yang resmi menjadi rekan kerja selama di pertanian cabai.

Namun, semua tak berjalan mulus. Sandungan kecil hingga sandungan yang sukses menyesakkan dada mulai membayangi langkah Thea di lokasi kerja. Perselisihan dengan Niken, kemunculan hantu cewek berbaju putih melayang di villa angker sebelah pertanian, jejak kaki harimau di lahan pertanian, hingga kelakuan menyebalkan Bastian yang sukses melunturkan rasa simpatik Thea pada awal jumpa. Namun mau tak mau, debar aneh masih kerap hadir meski Bastian seringkali membuatnya memasang tampang tak ramah.

Lantas, seiring waktu, gimana nasib Thea ke depannya?

Akan selamanya terjebak di area pertanian cabai Megamendung atau mengejar kembali mimpinya untuk menjadi arsitek profesional?

Lantas, jika benar debar rasa di hatinya untuk Bastian bernama cinta, layakkah diperjuangkan? Mengingat mereka yang sungguh berbeda. Bastian pencinta tumbuhan, sedangkan Thea pencinta bangunan.

Pertemuan Jingga, novel yang ditulis kak Arumi ini lumayan tebal, 250 halaman. Butuh waktu cukup lama untuk menamatkan cerita yang akan membawa kita menyusuri lahan pertanian Megamendung ini. Ada banyak konflik yang dibebankan pada tokoh utama, Thea. Pekerjaan, keluarga, juga cinta.

Cukup ngos-ngosan diajak menuntaskan satu konflik ke konflik yang lain di novel ini. Masalah seolah datang nggak berhenti. Ya berantemlah, ya badailah, ya ada maling lah. Wkwkw.. kalo aku jadi Thea, nggak bakal seminggu, udah resign dah. :p

Meski banyak konflik, namun penyelesaiannya jelas. Tapi tetap agak mengganjal pas di bagian hantu cewek melayang di villa itu. Aku mikirnya udah macem-macem aja, sampai ada timbunan harta, berlian atau apa gitu yang disembunyikan di villa. Eh, ternyata eh ternyata, hanya perkara sederhana, yang berefek nggak sederhana saat sebagian besar warga sana percaya mitos. Salut dengan peran Thea yang berani memangkas mitos satu per satu.

Kali ini, tokoh favorit jatuh pada Bastian. Biasaaa.. selalu kagum sama lelaki cerdas. Nah, si Bastian ini meski tinggal di Megamendung, ilmunya jangan diremehkan. Dalam beberapa scene novel ini, Bastian unjuk diri memamerkan isi kepalanya. Eh, tapi kalo kamu jadi Thea, betah ga sih disukain sama cowok yang menyebalkan, yang suka nimbrung pas kamu lagi ngobrol sama orang lain? Muncul tiba-tiba? Itulah sisi gelap Bastian. Hehe

Dan terakhir,

Covernya abg banget, tapi bahasannya udah dewasa loh. Dewasa dalam artian, tokoh-tokohnya udah pada kerja, udah mikirin nikah, bukan sekedar mengumbar suka-sukaan yang meletup-letup.

Kalimat-kalimat favorit :

1. "Jangan bilang apa yang ku kerjakan salah karena kamu sendiri belum bisa melaksanakan tugas tanpa salah sedikit pun.” (hlm 66)

2. "Percaya deh, kamu lebih cakep kalau tersenyum seperti tadi daripada cemberut.” (hlm 153)

3. "Nggak ada yang tahu pasti apa yang akan terjadi pada masa mendatang.” (hlm 235)


Kalimat-kalimat sindiran :

1. "Aku capek-capek kuliah arsitektur bukan untuk terdampar di pertanian cabai.” (hlm 9)

2. "Aku sudah dewasa, pak. Sudah dua puluh empat tahun. Sudah nggak perlu diawasi lagi.” (hlm 12)

3. "Ya, namanya juga bos. Kita kan cuma pegawai.” (hlm 24)

4. "Tolong jangan biasakan menyalahkan orang lain saat terjadi suatu bencana.” (hlm 48)

5. "Jangan berharap orang lain akan mengerjakan tugasmu.” (hlm 58)

6 komentar