REVIEW JANJI ES KRIM – NIMAS AKSAN



Keterangan Buku :

Judul : Janji Es Krim
Penulis : Nimas Aksan
Genre : Chicklit
Editor : Herlina P. Dewi
Desain Cover : Teguh Santosa
Layout Isi : Deeje
Proof Reader : Tikah Kumala
Penerbit : Stiletto Book
Tahun Terbit : 1, Maret 2012
ISBN : 978-602-7572-00-3
Tebal : 261 halaman
Note : Buntelan dari Stiletto Book

Blurb :


Janji adalah hutang, dan hutang harus dibayar. Lalu bagaimana kalau bertahun-tahun kita melupakan sebuah janji yang harusnya dilakukan? Bisakah janji yang tak terpenuhi mengubah total kehidupan seseorang?


Mia Aminatiara, cewek lajang di usia akhir dua puluhan, pemegang rekor kesialan tak terpecahkan. Sembilan kali diputusin cowok, dan sembilan kali dipecat dari pekerjaannya. Ketika dia mulai merasa ada yang salah dalam hidupnya, seorang sahabat lama mengingatkannya akan sebuah nazar yang belum ditepati di masa SMA dulu. Menurut Dudi, sahabatnya, nazar yang tak pernah ditepati itulah penyebab kesialannya. Mia tergerak untuk menepatinya sesegera mungkin. 


Masalahnya, untuk memenuhi nazar tersebut, Mia harus mencari seorang teman lama bernama Karin. Gadis kaya yang sombong dan pengatur. Bersama Dudi, dia mencoba mencari jejak Karin, yang tanpa diduga justru membawanya pada sebuah petualangan rahasia cinta dengan seorang pria penuh pesona, Vladimir Gardiansyah. Namun sialnya, Gardi adalah tunangan Karin. Bagaimana akhir petualangan Mia? Apakah dia bisa membuang semua kesialannya? Dan, bagaimana pula akhir dari kisah cinta segitiga antara Mia, Karin dan Gardi?



Ada apa dengan angka sembilan? Aku sial di titik sembilan. Dua hari yang lalu, aku diputusin Rheno, pacarku yang kesembilan. Aku telah sembilan kali menghilangkan dokumen penting di biro Domar. Sekarang aku dipecat, juga kesembilan kalinya. (Mia. hlm 12)


Mia Aminatiara. Panggil saja Mia, digambarkan sebagai gadis absurd. Pikirannya suka aneh-aneh. Mengembara dari peristiwa G30S/PKI hingga mantra sectumsempra, mantra terlarang yang pernah dipraktikkan Harry untuk melawan Malfoy. Hobinya juga terbilang aneh. Suka nebeng kendaraan asing sembarangan. Alasan doi, dengan menumpang mobil orang lain, bakal ngasih dia pengalaman baru.


Sejak kecil, Mia sudah sering merasakan tersisih. Bak pisang goreng dingin yang disandingkan dengan pizza lezat. Nia, kakaknya, seolah merebut semua keberuntungannya.  Cantik, disayang semua orang, punya pekerjaan bagus, suami kaya, dua anak lelaki yang lucu .. dan ah! Sedangkan dia selalu sial. Bahkan sembilan kali pacaran, sembilan kali pula ia diputuskan. Plus, sembilan kali bekerja, sembilan kali pula ia dipecat. *pukpuk Mia*


Hingga, seorang sahabat lama, Dudi, mengingatkannya akan nazar lama yang belum ia penuhi. Nazar yang menanti untuk ditepati jika Mia menginginkan kutukan kesialannya berakhir.


“Lo pernah berjanji, sama gue dan sama Karin, bahwa lo akan mentraktir kita masing-masing semangkuk es krim Cinderella’s Shoes, kalo lo lulus masuk perguruan tinggi negeri! Dan akhirnya lo diterima di UI, tapi sampai lo lulus, janji itu gak pernah lo realisasi sampai sekarang. Ingat?!” (Dudi. Hlm 61)


Bahkan, seorang peramal yang mengisi booth bazar di sebuah mall turut menyatakan hal serupa.


Ada janji yang belum sempat dia lunasi. Dia harus memenuhi janjinya. Auranya sungguh buruk. Jika tidak segera memenuhi janji itu, hidupnya akan selamanya kacau. (Madame Vera. hlm 53)


Demi kehidupan yang lebih baik, Mia ditemani Dudi mengajar Karina Pujawati hingga ke Bandung. Berharap Karin mau diseret ke kedai Es Krim Yoyo, ditraktir Cinderella’s Shoes. Es krim paling mahal di kedai tersebut, yang menyajikan paduan vanila cokelat bertabur kacang mete dan saus blueberry kental dengan stroberi segar di puncak es krim. Hmm.. slruupp!


Ternyata, menemui niat mulia untuk membayar nazar harus dibayar mahal. Karin memintanya, juga Dudi untuk membantu persiapan pernikahannya yang akan berlangsung seminggu lagi dengan Viadimir Gardiansyah. Gardi.


Karin tak punya cukup waktu, tepatnya tak mau menyediakan waktu untuk mengurus pernikahan sakral tersebut. Bahkan dengan frekuensi kesibukan keluarga besar Karin sangat tinggi, mereka semua seolah sepakat bahwa pernikahan bukanlah sesuatu yang lebih penting daripada transaksi bisnis.


Ndilalaaa.. jadilah Mia yang bertugas untuk berurusan dengan WO. Fitting gaun pengantin, memilih bunga, melihat contoh dekorasi gedung dan latihan jalan di karpet merah menuju pelaminan.


Sedangkan Dudi kebagian tugas mengurus wedding cake, berkoordinasi dengan WO dan mengurus katering untuk jenis hidangan apa yang akan dihidangkan saat pesta pernikahan berlangsung. Saat Mia dan Dudi bersibuk-sibuk ria, Karin terbang dengan pesawat pribadinya menuju negeri Brunei Darussalam. Urusan bisnis katanya, ehemm.. sekalian bertemu (atau ditemui) si bule tampan, Bryan.


Semua makin serba rumit saat Mia perlahan mulai menyukai Gardi dan sebaliknya, Mia adalah wanita pertama yang Gardi ceritakan pada anggota keluarganya. Terlebih selepas Mia memberi ide seru saat merayakan ulang tahun nenek, berlanjut ke ulang tahun keponakan Gardi, dan ulang tahun si lelaki mempesona itu sendiri. Mia menyadari satu hal, saat bersama Gardi ia justru menemukan sisi-sisi terbaik dalam dirinya.


Lantas, saat Karin menyaksikan pengkhianatan Gardi dan Mia, akankah perkawinan yang berlandaskan transaksi bisnis dan idealisme itu dilanjutkan?


Mana yang akan dipilih, realita atau cinta?


Kudu baca Chicklit manis ini hingga tuntas deh. Jangan heran kalo bakal sering senyum-senyum sendiri sepanjang menyibak halaman demi halamannya.


Pesan moral :


1. Dampak akibat keseringan berkhayal dan melakukan pembelaan diri, tak seorang pun lagi mempercayai apa yang diucapkan.


2. Tak ada kehidupan seorang pun yang sempurna. Karena pada hakikatnya, hidup itu adalah wujud ketidaksempurnaan!


3. Kesialan itu tidak ada. Hanyalah buah dari kecerobohan dan sikap negatif.


Kalimat-kalimat favorit :

1. Dan jangan berputar-putar pada kesalahan orang lain. Yang harus kamu jelaskan adalah apa yang kamu lakukan. (Ibu. hlm 35)


2. Seorang laki-laki jarang bisa survive jika ditinggal istrinya. Laki-laki tidak semandiri perempuan. Jika perempuan bisa melakukan segala hal sendirian, bahkan pekerjaan lelaki, tidak demikian halnya dengan sebagian besar laki-laki. (Bapak. hlm 57)


3. Apapun alasannya, kejahatan tidak bisa ditoleransi. (Gardi. Hlm 118)


4. Itulah sebabnya diperlukan pasangan. Untuk saling melengkapi ketidaksempurnaan, menjadi sebuah kesempurnaan. (Gardi. Hlm 127)


5. Jika kita terbiasa hidup dengan dipenuhi rasa iri atas ketidakberuntungan yang kita miliki, terutama karena di sebelah kita adalah seseorang yang sangat sempurna menyedot semua perhatian di sekitar kita dan menjadikan kita tak lebih dari bayang-bayang gak penting, pasti bisa memiliki empati yang sama seperti yang aku miliki sekarang. (Mia. hlm 168)


6. Jaga tanggung jawabmu. Pekerjaan apapun, seremeh apapun, kamu memegang peranan yang cukup penting bagi perusahaan. (Bapak. hlm 234)


7. Semua ada jalannya, Mia, namanya takdir. (Karin. Hlm 252)

2 komentar

  1. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  2. Wiiiih temanya unik banget! Ternyata, ice cream yang manis dan super duper wenak juga bisa mendatangkan kepahitan dan setumpuk kesialan. Dibalik judulnya yang bikin penasaran, tersimpan banyak sekali pesan moral dan hikmah yang luar biasa. Gara-gara baca reviewnya, jadi seperti mendapat tamparan keras yang menyadarkan betapa pentingnya menepati sebuah janji. Meski janji tersebut terkesan sepeleh, -nraktir ice cream-. Tapi dampaknya, ampun dah!
    Ceritanya juga membawa kita menuju persimpangan yang menimbulkan dilema tingkat tinggi. Antara teman, dan orang yang kita cintai. Mana yang harus dipilih? Kudu mikir sekeras-kerasnya untuk bisa nemuin jawabannya.
    Dahsyat! Imajinasi sang penulis memang patut diacungi ribuan jempol.
    Terima kasih kak, atas reviewnya :) Makin sukses dan makin rajin ya ngereviewnya. Biar makin banyak juga info dan inspirasi yang ditebar :)

    BalasHapus