Review Cincin Separuh Hati – Netty Virgiantini



Keterangan buku :

Judul : Cincin Separuh Hati
Penulis : Netty Virgiantini
Editor : Husfani Putri & Astheria Melliza
Desain sampul : Marcel A. W.
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
ISBN : 978 – 602 – 03 – 1932 - 2
Tahun terbit : 2015 (cetakan pertama)
Tebal : 280 halaman
Harga : Rp 46.400


Semua yang kulihat dan kualami jadi pelajaran hidupku. Bukan sekedar masa lalu. Hlm 28

Nilam Larasati. Gadis yang punya kebiasaan selalu terburu-buru. Tugasnya menginput kode barang di komputer. Akhir-akhir ini banyak data yang tidak sesuai karena efek mengantuk yang menderanya gara-gara kecanduan mengobrol di grup WhatsApp. Di grup WhatsApp itu, Nilam seakan menemukan pembebasan dari rasa sepi, bertemu dengan teman-teman lama semasa SMA.  

Bumerang datang saat salah satu dari anggota grup merencanakan reuni pada hari ketiga lebaran. Nilam sudah dua kali absen dengan alasan “ada acara keluarga”, padahal sebenarnya ia malas ditanyai tentang statusnya yang masih single di usia yang sudah 35 tahun.

Siapa menyangka, dikarenakan satu kenangan yang melekat kuat, diam-diam Nilam sudah berniat selibat. Tak akan menikah.

“Kenapa harus takut hidup sendiri? Toh, kita lahir di dunia ini juga sendiri. Mati juga nggak ada yang mau menemani. Menghadap Tuhan juga seorang diri!” hlm 77

Agar bisa melenggang dengan tenang ke acara reuni itu, tanpa sengaja Nilam merencanakan kebohongan yang luar biasa. Ia meminjam cincin bekas pertunangan Kanti –Istri kakak sepupu Nilam- dengan Aryobimo, mantan masa lalunya. Tak hanya itu, Nilam juga memasang status ‘palsu’ di WhatsApp : bertunangan dengan Aryobimo.

Nilam tak pernah menyangka kebohongan yang ia anggap sepele, menyeretnya dalam keadaan serba menyusahkan. Diminta bertanggung jawab oleh lelaki tinggi besar bernama Aryobimo karena menganggap Nilam telah merusak rumah tangganya. Tiba-tiba didatangi brondong bernama Nando Sadewo, yang mengaku sebagai adiknya. Oh, belum cukup, wanita tua bernama Zuraida juga turut menampakkan diri untuk membawa kabar duka, membuat energi Nilam rasanya terkuras habis.

“Terus? Kalau rumah tangga kami nggak wajar, nggak harmonis, nggak bahagia, atau mungkin kamu anggap aneh, kamu merasa berhak untuk menghancurkannya?” hlm 76

“Saya nggak punya bapak. dia sudah hilang dimakan ikan hiu!” hlm 87

Akankah janji Nilam menuntut benar-benar ditepati?

Ini kali pertama aku membaca novel karya kak Netty Virgiantini, Cincin setengah hati. Mari kita lihat dari cover dulu yess. Kalo masalah cantik atau nggak, covernya cantik, hijaunya juga lembut. Namun menurutku covernya kurang cocok dengan isi cerita. Diceritakan bahwa cincin separuh hati itu terbuat dari emas putih, berbentuk hati separuh dengan hiasan permata kecil. Nah di cover malah menghadirkan 2 cincin emas kuning polos. Nah loh. :D

Lalu, soal penokohan. Dari awal aku gemes sama si Nilam. Dia tokoh utama tapi nggak adorable. Susah untuk menyukai karakter utama seperti ini. Fisikly juga nggak dijelaskan, jadi susah ngebayanginnya bentuk gadis ini seperti apa. Tokoh lain juga kurang berkesan. Cowok yang membuat Nilam klepek-klepek malah digambarkan seperti debt collector. Hihi. Eh tapi ada nih yang bikin jatuh cinta, yaitu mbah Uti. Kebayang deh betapa wise & menyenangkannya nenek Nilam ini. Pintar masak pula. wah!

“Ya, kalau kata Mbah Uti, semua orang hidup itu sawang-sinawang, pak. Cuma bisa melihat satu sama lain. Selalu merasa orang lain lebih beruntung dari kita. Padahal, semua orang pasti punya masalah sendiri-sendiri.” Hlm 159

Sempat agak kecewa juga di lembar-lembar pertama, penulis terlalu cepat membuka ‘tabir rahasia’ masa lalu Nilam. Baru saja menyibak halaman 28, semuanya sudah terkuak. Yahhh.. mulai deh nebak sana-sini.

Lalu, ada juga ketidak-konsistenan yang digambarkan di sini. Di hlm 12, disebutkan bahwa hanya Nilam dan Tuhan yang tau akan niatnya untuk tidak menikah, tapi di hlm 28 menceritakan bahwa Kanti juga tau niat itu. Di hlm 77 malah mengatakan bahwa hanya orang-orang tertentu saja yang tahu? Jadi?

Juga, ada percakapan yang terkesan diulang, seperti percakapan mengenai niat Nilam yang tak ingin menikah selamanya. Juga percakapan mengenai apakah Kanti telah ikhlas lahir batin melepas seorang Aryobimo? Berulang-ulang. Tokoh-tokohnya jadi terlihat super-bawel.

Namun, semakin menyibak menuju akhir halaman, aku cukup terhibur karena diselipkan beberapa adegan lucu. Kecenya lagi, novel ini juga menyisipkan pesan-pesan moral untuk para pembaca.  

Pesan moral :

1. Alangkah pentingnya untuk belajar menjadi super mama. Boleh cinta asal jangan menggantungkan diri pada suami. Pokoknya jangan sok-sok lebih sedih daripada anak. Saling menguatkan, bukan malah terlalu lama dininabobokan kesedihan. 

2. Jangan sembarangan berjanji. Orang bijak bilang, ada dua kondisi di mana kita nggak boleh mengucap janji. Pertama, waktu sedang merasakan sedih yang terlalu dan kedua saat merasakan bahagia yang berlebihan. Otak kita cenderung ‘berlebihan’ pada dua kondisi tersebut.

Janji yang nggak membawa kebaikan, nggak perlu ditepati. Hlm 226

3. Move on adalah sebuah keharusan.

Kita memang nggak bisa mengubah masa lalu, tapi kita bisa belajar untuk nggak mengulanginya lagi. Dalam hidup ini, nggak ada jaminan yang pasti untuk sebuah hubungan. Siapa yang tahu apa yang akan terjadi di masa depan? Hlm 239

Tiga dari lima bintang untuk janji yang tak perlu ditepati. :)

1 komentar